[SVT FREELANCE] – [Oneshot] The Warmest Ice – Stay (Final)

page

(The Warmest Ice Series) – STAY [FINAL EPISODE]

Story by Nadiakhair

Starring : Jeon Wonwoo x OC

Oneshot| AU – Marriage Life|PG-16

Previous First Impression Sick Lunchbox Abu-abu Karma Selamat Ulang Tahun Complicated They Dont Know About Us Lean On New Job Sleepwear Mr and Mrs Jeon 100Days Dua Garis Merah

.

.

.

Setelah benda pipih berwarna putih dengan dua garis merah itu berhasil dibuktikan kebenarannya, Wonwoo jadi lebih ‘sibuk’. Bukan karena Yeojin jadi banyak maunya, tapi karena dirinya sendiri yang kadang kelewat overprotective. Namun setidaknya, ia jadi belajar banyak tentang bagaimana rasanya bertahan dalam keadaan sulit.

Ekhem, ini berlebihan.

Pertama, bersiaplah untuk tidur di luar.

“Aku nggak betah dekat-dekat kamu.”

Wonwoo hampir saja memeriksakan telinganya ke dokter THT terdekat. Selama ini istrinya itu selalu tidur sambil memeluknya erat. Tapi kalimat tadi itu… Bisakah kita menyebutnya dengan usiran yang diperhalus?

“Kenapa… Yeo?”

“Rasanya sumpek. Aku kurang nyaman.”

Katanya kadar kecemburuan dan kemanjaan seorang wanita akan meningkat saat sedang hamil. Nyatanya? Bukannya asyik bermanja-manja, ia malah diusir. Cih! Lain kali Wonwoo tidak akan percaya dengan omong kosong macam itu.

Kedua, belajarlah untuk memahami situasi.

Wonwoo kapok.

Mengajak Yeojin yang sedang hamil muda ke acara makan-makan kecil-kecilan dengan teman kantornya berujung petaka. Kehidupan Amerika memang bebas. Menjadi salah satu dari sebagian kecil warga Asia di kantornya membuat Wonwoo harus beradaptasi dan lebih menjaga diri.

Jessie, salah satu rekan kantornya yang kelewat centil, dengan berani menggodanya di depan Yeojin. Wanita Amerika tulen itu sesekali bergelayut manja di lengan Wonwoo di tengah perbincangan –walau niatnya cuma bercanda. Entah apa itu namanya, intinya adegan itu berhasil membuat Yeojin panas. Yang membuat Wonwoo merasa bersalah adalah Yeojin sanggup menahan diri sampai acara selesai.

BRAKK!

Ternyata benar kata orang. Kadar kecemburuan wanita hamil sangat tinggi.

“Maaf, Yeo, aku juga nggak tahu kalau dia masih berani centil seperti tadi.” Yeojin baru saja membanting pintu kamar dengan keras dan hampir membuat jidat Wonwoo jadi korban karena posisinya yang hanya berjarak beberapa langkah saja.

“Wonwoo jahat.”

“……”

“Menyebalkan.”

“……..”

“Kalau kita di Korea, pasti aku sudah kabur ke rumah eomma.”

“……..”

“Iya, iya, aku jahat, menyebalkan. Maaf, ya.”

Ia memeluk Yeojin dari belakang dan menaruh dagunya di salah satu bahu sang Istri. Biasanya setelah dipeluk erat begini, Yeojin akan luluh. Wonwoo sadar betul, berjuang sendirian melawan rasa mual, mood yang naik turun, dan kondisi tubuh yang mendadak berubah-ubah bukanlah hal yang mudah. Dan Yeojin tidak pernah mengeluh sejauh ini. Jadi, kecemburuan Yeojin kali ini bukanlah sesuatu yang berlebihan.

“Padahal kamu sudah janji mau antar aku beli es krim di Mc Donalds. Kamu lupa, ya? Aku marah, Jeon. Marah!”

Hei, tunggu! Jadi Yeojin kesal bukan karena cemburu?

“Jadi… Bukan karena cemburu?”

“Memang! Makin diperparah karena kamu ingkar janji,” ucap Yeojin. “Hiks… Padahal kan, aku mau es krim itu, Jeon. Hiks…” isaknya.

Wonwoo hanya diam membisu, antara bingung dan shock. Serumit inikah mengurus wanita hamil? Pikirnya. Tetapi, mau bagaimanapun juga, ia harus bisa memahami istrinya dengan baik. Akhir ceritanya bisa ditebak, Wonwoo langsung bergegas mengajak Yeojin pergi membeli es krim.

Ketiga, hal-hal tak terduga bisa terjadi kapan saja.

Wonwoo mengusap wajahnya dengan gusar. Pria bermarga Jeon itu sudah sampai di titik  terendahnya. Lelah. Sangat lelah. Pekerjaan kantornya yang kian hari kian menumpuk karena proyek baru perusahaannya terancam gagal, memaksanya untuk lembur selama tiga hari berturut-turut. Pipinya sedikit menirus. Bahkan sekarang ia tengah duduk pasrah di sofa dengan wajah dan rambut yang kusut. Oh, kemejanya juga berantakan.

Pukul 12 malam.

Wonwoo masih terjaga di ruang TV dengan pakaian kerjanya. Sesampainya di rumah, ia tak lekas membersihkan diri. Ia hanya masuk ke kamar dan mengecek keadaan istrinya yang tertidur pulas. Selanjutnya, ia hanya teronggok tak berdaya.

“Jeon?”

Yeojin berdiri di pintu kamar sambil memicingkan mata, mungkin memastikan keberadaan Wonwoo.

“Kenapa diam disini?” tanyanya sambil memposisikan duduknya di sebelah Wonwoo.

“Aku baru sampai,” jawab Wonwoo, berbohong.

Sayangnya, Yeojin bukanlah orang yang mudah dibohongi. Ia sudah mengenal Wonwoo dengan baik, apalagi semenjak mereka menikah. Raut wajah sang Suami tidak memancarkan aura yang baik saat ini. Pasti ada sesuatu yang sedang ditutupi.

“Kenapa? Ada masalah yang terlalu berat untuk disimpan sendiri, ya?”

Wonwoo hampir saja lupa kalau istrinya itu suka bicara to the poin dan pandai membaca situasi.

“Aku cuma kelelahan.”

Yeojin menyentuh sebelah pipi Wonwoo dan mengusapnya lembut, “Lelahmu kali ini beda, Jeon. Nggak sadar, ya, kalau akhir-akhir ini kamu sering mendiamkanku?”

Ucapan Yeojin barusan sukses membuat Wonwoo tertegun. Sekalut itukah dia, sampai tak menyadari akibat dari perubahan sikapnya.

It’s okay, you don’t have to explain anything now. Tapi aku minta sekarang kamu mandi dan cepat istirahat. Jangan buat aku tambah khawatir, Tuan Jeon.”

Ada suatu perasaan yang membuncah dalam diri Wonwoo ketika melihat senyuman tipis dari Yeojin, ditambah dengan pergerakan tangannya mengelus perutnya yang mulai membesar. Malam ini, ia seakan tersadar bahwa ia memang butuh Yeojin sebagai penyemangat. “Yeo, tunggu sebentar,” pinta Wonwoo. Pria itu lantas beringsut memeluk istrinya erat dari samping. Ia membenamkan wajahnya ke bahu Yeojin dan menghirup aroma tubuh istrinya itu dalam-dalam.

“Doakan semoga proyekku berhasil, ya.”

Wonwoo sukses membuat istrinya tersenyum penuh arti. “Ya ampun, istri mana yang tidak pernah mendoakan suaminya sendiri, huh?”

“Bahkan kalau aku harus dipulangkan ke Korea dan gagal naik jabatan, kau harus tetap bersamaku, Yeo.”

“Jeon Wonwoo,” Yeojin tertawa pelan. “Kau pikir aku mau menikah denganmu cuma karena harta? Astaga, aku tidak sejahat itu, Wonwooku Sayang.”

I do love you.”

Lagi-lagi, Yeojin tertawa pelan. “So do I.

“Dan doakan semoga aku bisa menjadi ayah yang baik.”

Rupanya Wonwoo sedang dilanda couvade syndrome sebagai seorang calon ayah. Yeojin jadi geli sendiri melihat perubahan sikap Wonwoo yang mendadak. Manusia Es ini jarang bermanja-manja padanya, kecuali kalau sedang ada maunya.

“Iya, tapi anakmu tidak suka dipeluk oleh ayahnya yang belum mandi.” Wonwoo pun melepaskan pelukannya, “Terima kasih, Sayang.”

Perubahan Wonwoo malam ini benar-benar diluar dugaan.

Keempat, jaga ucapan.

Kepala Yeojin tertunduk sembari kedua tangannya meremas ujung pakaian yang sedang ia kenakan. Pipinya sedikit menggembung dan bibirnya pun ikut mengerucut lucu.

“Kau bisa menghabiskannya besok pagi, Yeo. Jangan sekarang.”

“…..”

“Lagipula kan, sekarang bukan waktu yang sewajarnya untuk makan es krim. Nanti kalau kamu bertambah gend–“

Wae? Gendut maksudmu? Memangnya kenapa kalau aku gendut?” potong Yeojin sarkasme.

“Maksudku–“

“Aku jadi jelek, begitu maksudmu? Cari yang lain saja sana!” pungkas Yeojin kemudian berjalan kembali ke kamar dan meninggalkan Wonwoo begitu saja.

Well, ini bukan yang pertama kalinya Wonwoo harus terlibat perdebatan kecil dengan istrinya sendiri semenjak hamil. Bagaimana tidak? Setiap tengah malam Yeojin akan duduk manis sendirian di meja makan sambil melahap sesuatu. Sepotong cheesecake, semangkuk sereal, atau sewadah es krim seperti sekarang.

Jam 2 malam.

Bukankah snack time di tengah malam seperti ini akan sukses membuat tubuh bertambah bobot? Wonwoo benar, kan?

Sebenarnya ia juga tidak tega melihat ekspresi Yeojin yang kesal sekaligus menggemaskan –dan sangat kiss able. Tapi mau bagaimana lagi? Wonwoo melakukannya demi kebaikan sang istri tercinta. Dan demi keutuhan rumah tangga mereka, Wonwoo pun bergegas menyusul Yeojin ke kamar. Rupanya wanita bermarga Gong itu sedang duduk bersandar di kepala ranjang, masih dengan raut wajah kesal pastinya. Kini tugas Wonwoo adalah merayu sang Istri agar tidak kesal lagi.

“Tidur, Yeo. Ini sudah malam.”

“I’m so mad right now.”

Wonwoo berusaha menahan senyumannya. “It’s cute to see your mad-face, Mrs. Jeon.”

“Karena aku nampak bulat seperti badut.”

Memang sih, Yeojin nampak jauh lebih berisi semenjak hamil. Kini usia kandungannya sudah memasuki bulan keenam. Perutnya semakin membesar dan kedua pipi Yeojin jadi semakin mengembang. Wonwoo tidak pernah mempermasalahkan perubahan pada diri Yeojin. Pipi chubby sang istri selalu sukses membuatnya gemas.

Perlahan kedua tangan Wonwoo menangkup wajah Yeojin dan memainkan pipi chubbynya pelan. “Bahkan pipimu semakin hari semakin menggemaskan, Yeo. Jangan berpikiran macam-macam. Semenjak hamil, kau jadi semakin cantik.”

Yeojin berusaha menepis tangan Wonwoo –berusaha menutupi rasa malunya. “Jangan sok gombal, Jeon. It’s not your style at all!

Wonwoo tertawa pelan, “Maaf soal ucapanku tadi. Aku tidak bermaksud untuk mengataimu gendut, Yeo.”

“Hmm.”

“Besok boleh dilanjutkan, kok, acara ngemil-ngemilnya. Sekarang waktunya tidur.”

Yeojin lantas merebahkan tubuhnya kemudian menarik selimut hingga sebatas leher. Rupanya malam ini Wonwoo sukses untuk meredam kekesalan istrinya. Buktinya, Yeojin kini tengah beringsut mendekat ke arah Wonwoo dan memainkan rambut tebal sang suami. Wonwoo yang sudah setengah terlelap hanya diam, membiarkan jemari Yeojin berkeliaran di rambutnya.

“Jeon,” panggil Yeojin.

“Hngg?”

“Besok sore antar aku ke kedai pancake dekat kantormu, ya?”

Tak mau salah ucap lagi, dengan otomatis bibir Wonwoo mengatakan, “Iya, Sayang.”

Kelima, menjadi suami siaga itu penting.

Wonwoo nampak gusar saat membereskan meja kerjanya. Sesekali ia bermain dengan ponselnya lalu terhubung dengan seseorang melalui telepon. Peluh mulai membasahi wajah tampannya. Jika ia terlambat sedikit saja, sudah pasti ia akan menyesal seumur hidupnya.

What’s wrong with you, Mr. Jeon?” tanya salah seorang rekan kantornya.

“I need to go right now. Urgent thing!”

Tanpa pikir panjang, Wonwoo segera melesat meninggalkan kantornya. Ia bahkan menyuruh supir taksi yang ia naiki untuk mencari jalan pintas. Sementara itu, ponsel berwarna putih tak pernah lepas dari telinganya.

“Hello?”

 Wonwoo menghembuskan nafas lega saat panggilan teleponnya bisa tersambung. Pria bermarga Jeon itu pun langsung terlibat dalam percakapan cukup serius di telepon. Hingga beberapa saat kemudian, sepasang kaki jenjangnya berlarian kesana kemari di dalam gedung bernuansa serba putih.

Yup, tebakan kalian benar. Rumah Sakit.

Pesan singkat dari Yeojin yang mengabarkan kalau wanita itu tengah dalam perjalanan menuju Rumah Sakit sukses membuat Wonwoo buyar. Padahal tadi pagi belum ada tanda apapun dari istrinya. Tiba-tiba, pukul 2 siang Wonwoo mendapat kabar dari Yeojin.

Kedua kaki Wonwoo berhenti sejenak saat ia berhasil menemukan tempat yang ia tuju. Sedetik kemudian, tangannya mulai membuka knop pintu ruangan dan berjalan cepat ke arah sang istri yang sudah terkulai lemah di ranjang Rumah Sakit.

“Yeo, harusnya kau langsung menelponku.”

“Sebenarnya perutku belum benar-benar mulas saat aku mengirim pesan itu. Tapi kan, aku harus mengemas beberapa pakaian. Jadi begitu ada feeling, aku siap-siap,” jawab Yeojin santai.

Tangan mereka pun tertaut secara otomatis. Yeojin hanya tersenyum santai saat menatap raut wajah cemas suaminya. Baru kali ini seorang Jeon Wonwoo nampak sangat khawatir. Tapi Yeojin cukup senang, artinya Wonwoo sangat peduli padanya.

“Yeo, kau harus bertahan hingga akhir.”

Bibir Yeojin membentuk seulas senyuman, “Aigoo…. Wonwooku sedang menahan tangis rupanya.”

“Aku serius, Yeo.”

Yeojin membawa Wonwoo ke dalam pelukannya. Sebuah pelukan hangat yang cukup singkat. “Ini seperti adegan di dalam drama, Jeon,” candanya.

“Excuse me,” tepat setelah Yeojin melepaskan pelukannya, beberapa orang perawat masuk ke ruangan. Mereka hendak memeriksa kondisi Yeojin. Wonwoo hanya bisa diam mematung sambil berharap-harap cemas, menanti sepatah dua patah kata yang akan terucap setelah ini.

“Pembukaannya sudah cukup. Sebentar lagi Anda akan dibawa ke Ruang Persalinan.”

Wonwoo sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menemani Yeojin saat melahirkan. Dari awal hingga akhir. Dan hari itu pun akhirnya tiba. Genggaman erat itu tak pernah lepas. Wonwoo melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana wanita yang amat ia cintai berjuang melawan rasa sakit yang luar biasa. Dalam balutan pakaian hijau khas Rumah Sakit, masker, dan penutup kepala, Wonwoo tak henti-hentinya memandangi wajah Yeojin.

Untuk beberapa waktu, pikiran Wonwoo melayang ke masa lalu saat mereka masih menjadi murid SMA. Sosok Yeojin yang selalu ceria, banyak bicara, dan murah senyum terekam jelas di benak Wonwoo. Yeojin adalah perempuan yang selalu setia berada di sisinya sejak dulu. Dan kini, giliran Wonwoo untuk mendampingi Yeojin.

Waktu terus bergulir. Bagi Wonwoo semuanya terasa amat sangat lambat. Ia sudah tak tega melihat Yeojin harus merasa kesakitan lebih lama. Wonwoo memejamkan matanya sejenak dan,

sebuah tangisan nyaring pun pecah.

Wonwoo memandangi seonggok makhluk mungil nan lucu yang diletakkan di sebuah boks di pinggir ranjang Yeojin. Hmm…. Hasil perbuatannya dengan Yeojin sangat lucu dan menggemaskan. Kain halus berwarna biru muda menyelimuti tubuh mungilnya.

“Dia lucu sekali. Aku senang, Jeon.”

Kini tubuh mungil sang bayi sudah berpindah ke gendongan Yeojin, ibunya. Wonwoo tersenyum lalu memposisikan diri di sebelah Yeojin. Tangan kanannya melingkar di pinggang sang istri dan tak ketinggalan ia menyandarkan kepalanya di bahu kiri sang istri.

Wonwoo menelusuri wajah anak pertamanya dengan seksama. Sesekali ia tersenyum saat melihat buah hatinya menggeliat lucu.

“Bagaimana dengan namanya? Kita pakai yang mana?” tanya Wonwoo.

“Eumm…. Nama yang kau usulkan bagus, kok. Aku suka.”

Wonwoo tersenyum sumringah. Sungguh, ia tak pernah membayangkan sebelumnya. Tentang hari ini. ya, hari ini ia resmi menjadi seorang ayah. Perasaan senang memenuhi rongga dadanya. Kini kebahagiaannya semakin lengkap dengan kehadiran makhluk mungil nan lucu. Entahlah, tidak ada kata yang mampu mengekspresikan kebahagiaan Wonwoo saat ini.

“Mulai sekarang kita akan terbiasa untuk begadang, Jeon,” gurau Yeojin.

“Itu gampang. Bukankah dia hadir karena kegiatan begadang kita, eoh?” balas Wonwoo. Kedua pipi Yeojin pun bersemu merah.

Tiba-tiba saja seebuah ide melintas di benak Wonwoo. Dengan sigap ia mengambil ponselnya dari saku celana, “First born selca.”

Dalam sekejap, kamera ponsel Wonwoo berhasil mengabadikan momen berharga itu.

Welcome to the world, Our Baby Boy, Jeon Jin Woo ❤

 

-END-

 

HUAAAA!! Akhirnya selesai juga series Mas Wonu dan Mbak Yeo ini. Semoga para readers tidak kecewa dengan endingnya, ya. Hehehe.

Series ini benar-benar END. Cukup sampai disini saja, Chingu.

Terima kasih banyak buat kalian yang setia mengikuti series ini. Makasih komennya, makasih likesnya, dan makasih juga untuk para silent readers. Kalian semua adalah motivasi terbesar supaya aku tetap lanjut nulis *ceilaahh* maaf ya, kalau ada yang mengecewakan, karena aku hanyalah manusia biasa. Sekali lagi terima kasih banyak. Insyaallah bulan depan aku akan comeback dengan series lainnya.

XOXO ❤ ❤

18 respons untuk ‘[SVT FREELANCE] – [Oneshot] The Warmest Ice – Stay (Final)

  1. Ah.. Pas dpat kiriman di gmail langsung kubuka dan baca, maaf ya baru baca yg episode ini soalnya baru sempet buka dan nemu. Janji deh bakal baca cerita sebelumnya.
    Aduuh.. Ngerasa jd spoiler deh
    Like your story thor!@_@
    Wonwoo punya anak…~_~

    Disukai oleh 1 orang

  2. Ending niih thor?
    Duh aku benci yang ending-ending. Sayang banget udahan -.- :,(
    Tapi kusuka sama ceritanya. Alurnya dan semuanya yang dikemas dengan baik.
    Jeon Wonwoo. Ya tuhan, ini manusia kenapa gemesin?
    Yeojinnya kek bakalan ngurus 2 baby, Jinwoo sama Wonwoo. hihihihi
    Thor boleh usul? Series terbarunya family life mereka ajaa. seru kayaknya.
    Good job thor walaupun aku sedih karena udah nggak ada si manusia es yang selalu ditungguin.

    xoxo,
    khaiicheen 🙂

    Disukai oleh 1 orang

  3. Sukaaaaaaaa,,,, 💜💜💜
    ini udah end aja nih?
    Padahal pingin liat wonu sama yeojin yang ngurus baby jinwoo *emang bisa liat?
    Semoga ada sequel atau sejenisnya ya, ditunggu….

    Disukai oleh 1 orang

  4. Dear author-nim, makasiiiihhhh banyaaakk udh bikin ff seindah dan sebaper ini. Aku sbg wonwoo dapet bgt feelnya, parah keren bgt :”””’))))
    Btw aku baru baca semua chapternya dan lgsg melayang2 ga jelas. Pokoknya suka banget banget banget sama cerita alur pemilihan kata, dan endingnya<3

    Disukai oleh 1 orang

  5. Lagi bosen di bis otw jogja , eh iseng buka svt marriage life dan langaung tertarik sama ff eonni langsung baca yg pertama dan yg sekarang….. neomuu joahhhhh ….. naega neomu joahaee…..keep writingg eon……

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar