[Oneshot] Drama

drama-by-littlejungg.png

Drama

 

 [SVT] Jun, Hoshi, Wonwoo [IZONE] Hyewon

Slice of Life | PG | Oneshot

Written by Rijiyo ©2019

Cover by Littlejung

.

“Namanya hati, mana bisa diatur?”

.

Aku pikir sudah cukup sampai di sini. Aku pikir sudah terlalu banyak drama di hidupku. Aku pikir Kang Hyewon hanya butuh kerja, punya banyak uang, lulus kuliah, membeli rumah baru, dan hidup bahagia selamanya.

Tapi ternyata tidak.

Rasa itu muncul lagi. Bahkan lebih cepat dari yang kuduga.

“Hei.”

Aku yang sedang mencatat penjualan harian di depan mesin kasir spontan menoleh.

“Hei Tayo.”

Sial.

Mau tak mau, aku tersenyum dan balas menyapa. “Apa Tayo-tayo? Aku punya nama!”

Cowok jangkung itu mendekatiku sembari membawa peralatan menyapunya. “Sendirian?”

Aku mengangguk. “Iya, hari ini Yena sakit,” jawabku. “Kamu shift pagi, Kak?”

“Iya. Kamu?”

“Sama. Besok aku fulltime mumpung libur kuliah.”

“Tidak lelah? Aku saja tidak pernah mau kalau disuruh fulltime.”

“Aku, kan, hanya menjaga toko pakaian. Tidak selalu ramai dan aku tidak pernah kerepotan. Kalau kamu, kan, harus menyapu, pel lantai… seperti pembantu.” Aku meringis ketika menyebut kalimat terakhir.

“Kurang ajar,” umpatnya. “Omong-omong, kamu mau kubantu?”

“Tidak perlu. Terima kasih.” Aku buru-buru menyudahi kegiatan mendata di komputer, kemudian melambaikan tangan seakan mengusir. “Pergi sana. Nanti kamu dipecat kalau tidak niat bekerja.”

“Aku, kan, butuh bersosialisasi. Kalau kerja terus, nanti cepat tua.”

“Ralat : Kalau kerja terus, nanti cepat kaya.”

“Dasar mata duitan. Untung kamu cantik.”

Setelah itu dia meninggalkanku sambil cekikikan. Diam-diam aku juga cekikikan—entahlah—tiap kali berinteraksi dengan Wen Jun Hui, aku selalu senang. Aku tidak yakin perasaan ini bernama apa, yang jelas aku nyaman tiap kali berbincang dengan office boy bermuka nyebelin itu.

Bekerja paruh waktu sebagai karyawati di mall Seoul tidak membuatku putus asa demi meraih gelar dokter di Universitas Hankook. Ibuku seorang penjahit serabutan, sedangkan ayahku pemilik warung ramen kecil-kecilan. Tentu aku tidak mungkin memberatkan mereka dengan menyuruh membiayai kuliah yang nominalnya bisa bikin disentri.

Ingatlah kalau ini Kang Hye Won.

Dia tidak selemah yang kalian pikir.

“Permisi. Sampahnya, Nona.”

Aku langsung gelagapan mencari kaleng sampah yang terletak di pojok ruangan, lalu menyerahkannya pada cowok office boy merangkap ‘pengangkut sampah keliling’ itu. Aduh, kenapa aku bisa lupa kalau setiap jam satu siang dia selalu ke sini? Aku menunggunya membuangi sampah pada tong besar hijau yang diseretnya ke sana kemari dalam diam. Mati kutu.

“Ini.” Dia mengembalikan kaleng sampahku dan sebelum pamit pergi untuk mengambil sampah di toko lain, dia bertanya, “Ada sampah lagi?”

“Tidak ada, Kak.”

Hanya itu. Bukankah seharusnya aku bicara lebih banyak sekalian mengakrabkan diri? Memang sulit, sih, karena cowok ini agak cuek, tapi….

Ayolah, Kang Hyewon, beranikan dirimu! Kamu tidak mau kehilangan kesempatan lagi, kan? Katanya kamu ingin kenalan? Katanya cowok ini ganteng dan kamu suka? Sial! Kenapa jantungmu pakai berdebar segala, sih!

“Kakak rumahnya di mana?”

Bagus. Apakah nanti kamu akan mampir ke rumahnya, lalu numpang makan?

“Di Jeonju. Kenapa?”

“Tidak apa-apa. Aku seperti….” Aku menggaruk kepala seraya mencari alasan, “seperti pernah bertemu kakak di suatu tempat.”

Pernah bertemu di mana, Hyewon? Di alam kubur?!

“Memangnya rumahmu di mana?”

Aku tersentak takjub karena dia balik bertanya. “Di Miryang.”

Dia mengangguk-angguk. Berpikir. “Tapi seingatku, aku belum pernah pergi ke sana.”

“Oh, berarti bukan,” sahutku. “Ya sudah, kakak boleh pergi. Terima kasih.”

“Sama-sama.”

Dan, ya… begitulah kisah Kang Hyewon dan Jeon Wonwoo yang (selalu) berakhir tragis.

“WOI, KANG HYEWON!”

Apa lagi, sih? Aku yang mendadak tersulut emosi—tapi untung masih bisa kutahan—menoleh. Mendapati lelaki rupawan—yang sayang sekali modelan seperti dia harus rupawan—membawa tongkat pel dan bersandar di tiang toko.

“Apa hah-heh-hah-heh?” balasku.

“SOMBONG KAMU! Kemarin aku LINE tapi belum dibalas!”

“Aku jarang online, Kak.”

“KENAPA?!”

“YA SUKA-SUKA AKU LAH!”

Sialan cowok ini. Bicara tanpa nyolot begitu tidak bisa, ya?

“Minggu depan kamu ambil cuti hari apa?!” tanyanya—masih nyolot.

“Selasa? Emm—entah—mungkin kamis? Aku tidak tahu, tergantung Yena maunya kapan.”

“Libur kamis saja, biar sama sepertiku.”

“Kenapa?”

“Kamis ada festival topeng di Andong. Mau ikut?”

“Tidak. Aku harus kuliah. Tugasku banyak.”

“Yakin? Hanya setahun sekali. Belum tentu tahun depan kamu bisa lihat. Tahun depannya lagi juga belum tentu.”

Sebenarnya aku tidak mudah tertarik dengan acara-acara seperti itu. Bagiku, waktu harus dihabiskan untuk hal bermutu, bukan hanya senang-senang. Nanti tidak cepat kaya kalau kerjaannya hura-hura.

“Tidak. Kamu saja. Aku bisa menonton di youtube.”

“Kalau tidak ada yang upload?”

“Ya kusuruh kakak rekam acaranya, lalu kirim ke aku, biar kulihat.”

“Kalau aku tidak mau?”

“Harus mau.”

“Ya sudah, mau. Tapi gantinya, tahun baru nanti kamu pergi bersamaku, ya?”

Aku terkejut—woi, modus macam apa itu?—tapi berhubung tidak mau menyakiti hatinya, aku mengangguk. “Aku tidak janji, ya?”

“Iya, tidak apa-apa. Aku bekerja dulu, ya, mencari uang untuk makan anak kita.”

“Hus!” semburku disertai tawa.

Hampir mirip Wen Jun Hui, aku juga nyaman jika bersama Kwon Soonyoung. Bedanya, Soonyoung lebih kurang ajar dan berani gaspol.

 

[…] […] […]

Sebenarnya semenjak bekerja di mall, aku sudah berprinsip tidak bakal menyukai siapa-siapa. Sudah cukup berbagai drama di SMA tentang cintaku yang ditolak berkali-kali. Sudah cukup edisi patah hati yang ending-nya lebih menjijikan dari telur busuk, muka Voldemort, kotoran bayi, bangkai tikus, atau—ah, sudahlah. Padahal kata mama, wajahku tidak begitu buruk. Aku juga tidak gendut. Intinya, semua sudah cukup. Aku punya harga diri.

Tapi aku lupa kalau hati tidak bisa disetir.

Karena aku tidak punya SIM.

Surat Ijin Mencintainya.

“Hyewon, aku punya dua kabar hot!”

Esok pagi, Yena langsung heboh ketika datang, padahal dia baru sembuh. Aku yang posisinya sedang menata pakaian di gantungan pun menoleh antusias. “Apa?”

“Kamu mau yang mana dulu?”

“Yang bagus dulu lah.”

“Tapi semuanya kabar buruk.”

Aku menghela napas prihatin—antara meratapi nasib buruk dan meratapi nasib otak Yena. “Cepat katakan, terserah yang mana dulu.”

“Oke, pertama; Haknyeon mengajakku balikan—dan kamu tahu apa? Tepat beberapa jam setelahnya, Changbin LINE aku! Dia mengajak jalan-jalan ke Everland—ASTAGA, AKU INGIN TERIAK! Dan kamu tahu, Hyewon? Tadi pagi, habis bangun tidur, Mark Lee mengirimiku pesan ‘selamat pagi’. Aku bingung, aku mau balikan dengan Haknyeon, tapi aku sayang Changbin, tapi aku juga suka Mark. Bagaimana ini? Tolong bantu aku!”

Alamak!

“Yena, aku tahu kamu ingin jadi rapper, tapi tolong jangan nge-rap di kehidupan sehari-hari juga. Aku pusing mendengarnya,” keluhku.

Choi Yena mungkin tidak pernah merasakan cinta bertepuk sebelah tangan, makanya bisa sebahagia itu setiap kali menceritakan perihal cowok. Andai Yena—sekali saja—menyukai seseorang yang tidak bisa membalas perasaannya, supaya dia tahu kalau cowok itu punya banyak sisi bajingan (aku menghibur diri sendiri).

“Jangan plin-plan. Kalau menyukai Changbin, ya sudah Changbin saja. Kasihan Haknyeon dan Mark kalau kamu mau tiga-tiganya. Tapi tidak apa-apa, sih, asal tidak ketahuan.”

Yena seketika tertawa. “Benar juga. Asal tidak ketahuan.”

“Dan kabar kedua?”

Sudut bibir Yena perlahan tertarik ke bawah, membuatku ikutan murung. “Kenapa, Yena?”

“Kabar kedua… itu… anu….”

“Anu apa?”

“Jeon Wonwoo… cowok yang kamu suka….”

“Wonwoo kenapa? Kecelakaan? Jatuh dari tangga? Amnesia? Bunuh diri? Kena kanker?”

“Tidak, Hyewon. Lebih buruk dari itu.”

Lebih buruk? Semua plot twist di drama Korea sudah kusebut, tapi masih adakah yang tragis melebihi itu?

“Wonwoo….”

“Wonwoo….?”

“Dia….”

“Dia…?”

“…. Sudah menikah….”

“Sudah meni—HAH?”

Yena tampak menyesal. “Tadi aku sempat bertemu Wonwoo di parkiran, lalu aku menyapanya. Dia membawa kotak warna biru. Ketika kutanya itu benda apa, dia menjawab : Ini bekal sarapan dari istriku.”

Oh….

Apa yang harus kulakukan sekarang? Mampir ke rumah Wonwoo di Jeonju dan numpang makan?

“Hyewon—hei, lihat, matamu berkaca-kaca. Aduh, jangan sedih.” Yena mengguncang bahuku cemas. “Aku juga tidak menyangka kalau dia sudah menikah….”

Baiklah…. Aku lupa kalau ending tragis drama Korea masih kurang satu : yakni kenyataan pahit kalau selama ini ternyata aku menyukai suami orang.

[…] […] […]

Kakaotalk

17.39

 

Junhui : Tahun baru lihat kembang api di namsan yuk

Hyewon : Waduh

Junhui : Mau gak? Wkwkwk nanti aku jemput

Hyewon : Emangnya tau rumahku?

Junhui : Ya nggak lah makanya kasih tau

Hyewon : Btw kak kamu dapet salam dari arin

Hyewon : Katanya I love you

Junhui : Bilang aja kamu yang I love you

Junhui : Jangan jadiin arin kambing hitam 😚

Hyewon : Enggak 😥

Hyewon : Mau salam balik gak? Kasian dia tuh kamu cuekin mulu

Junhui : Aku gak cuek

Junhui : Aku ramah kayak tayo

Junhui : Liat pohon aja langsung aku sapa

Hyewon : Wanjir ini ramah apa sinting wkwkwk

Junhui : Wkwkwk

Hyewon : Mau gak? Buruan dijawab

Junhui : Terserah

Hyewon : Jangan terserah

Hyewon : Kalau iya iya, kalo nggak nggak

Junhui : Jangan deh

Junhui : Aku gak mau kasih harapan

Hyewon : Idih jual mahal banget

[Read]

Hyewon : Kak?

Junhui : Baru kali ini ada yg ngatain aku jual mahal

Junhui : Omonganmu bisa nggak karuan juga ya ternyata

 

Hyewon : LAH NGAMUK

Hyewon : Bercanda aku kak

Hyewon : Iya deh maaf 😮

Junhui : Padahal aku kalo ketemu siapa aja mesti nyapa

Junhui : Malah dikatain jual mahal

Hyewon : Astaga aku bercandaaaa 😥

Junhui : Tapi aku tersinggung

Hyewon : Iya maaf kak jun :😭

Hyewon : Aku dimaafin gak?

[Read]

Hyewon : Kak junhui 😭😭😭

20. 04

Hyewon : Kak jun lagi apa?

21. 54

Hyewon : Kak junhui maafin aku yaaa

23. 11

Hyewon : Kak, maafin aku kalo mau maafin

[…] […] […]

LINE

15.50

 

Soonyoung : WASSAP BRO!

Hyewon : Eanjir kaget

Soonyoung : Mana ada online -\(〇_o)/

Hyewon : Hehe

Soonyoung : Knp kamu belakangan ini lesu

Soonyoung : Uang yang aku transfer kemarin masih kurang?

Hyewon : Buset

Hyewon : Lagi galau saya 😦

Soonyoung : Galau knapa

Soonyoung : Sini cerita sama shah rukh khan

Hyewon : WHY HARUS SHAH RUKH KHAN

Soonyoung : Buruan sini cerita

Soonyoung : Aku bukan pengangguran yg tiap detik menunggu kepastian darimu

Hyewon : Apa sih kak wkwkwk

Hyewon : Lagi berantem sama temenku

Hyewon : Cowok tuh paling gak suka dikatain kayak gimana sih?

Soonyoung : Hmm tergantung

Soonyoung : Aku bakal tersinggung kalo ada yg ngatain pesek

Soonyoung : Soalnya, survey membuktikan kalo kupingku bolong

Hyewon : Trus apa hubungannya pak?

Soonyoung : Gak ada

Hyewon : Udah bosen marah 🙂

Soonyoung : Udah bosen ganteng 🙂

Hyewon : Kak aku lagi gak mood bercanda

Soonyoung : Siapa yg bercanda sih kamunya aja yg receh

[Read]

Soonyoung : Yaaah ngambek

Hyewon : Makanya jangan nyebelin

Soonyoung : Tapi aku seneng liat kamu ngambek

Soonyoung : Makin cantik soalnya ( ˘ ³˘)❤

[Read]

Soonyoung : Aduh soonyoung jadi malu

Soonyoung : Mau hapus pesan tapi udah terlanjur kamu baca 🤣

Hyewon : Kan gajelas kan

Soonyoung : Mau dijelasin yg bagian mana? 🙂

Hyewon : KAK SOONYOUNG!!!!

Soonyoung : Wkwkwk

Soonyoung : Emangnya kamu katain gimana sih kok dia sampe ngambek

Hyewon : ‘Idih jual mahal banget’

Hyewon : Itu pun bercanda

Soonyoung : Halah gitu doang

Soonyoung : Baperan amat tuh cowok

Soonyoung : Kalo main kurang jauh

Hyewon : Aku juga udah minta maaf

Hyewon : Tapi dianya masih ngambek 😦

Soonyoung : Biarin aja

Soonyoung : Kan kamu gak sengaja

Hyewon : Tapi masih gak enak kak

Soonyoung : Yg penting udah minta maaf

Soonyoung : Kalo belum dimaafin, berarti otak dia yg bermasalah

[…] […] […]

Di antara sekian banyak jenis emosi manusia, aku paling suka pada ‘kasih sayang’. Hal itu membuatku nyaman dan hangat. Tapi, apakah memberi kasih sayang pada cowok termasuk cinta? Kata Yena, aku sangat perhatian pada Junhui; apakah itu cinta? Kata Yena, aku sering tertawa kalau bersama Soonyoung, apakah itu juga cinta? Kata Yena, aku selalu terlihat gugup di hadapan Wonwoo, apakah itu cinta?

Sebenarnya, makna cinta itu apa, sih?

“Kak Jun, maafkan aku.” Aku menyapanya ketika cowok itu melewati toko.

Dia berhenti menyapu, kemudian mendekatiku. Jantungku bergemuruh, layaknya bertemu Shah Rukh Khan asli. “Aku tidak marah, aku hanya kesal.”

“Iya, maafkan aku. Aku tidak sengaja.”

Sial. Harga diriku rasanya hilang karena meminta maaf berkali-kali pada cowok.

“Sudahlah. Yang penting jangan diulangi,” tuturnya sok kalem. “Oh ya, sejak kapan kamu kenal Soonyoung?”

“Sudah agak lama. Kenapa?”

“Tidak apa-apa. Kalian terlihat dekat.”

“Aku dan Kak Jun juga dekat.”

Junhui hanya terkekeh. “Lusa sepertinya aku libur,” ujarnya random.

“Kenapa?”

“Istri Wonwoo tadi pagi melahirkan. Aku dan teman-temanku akan mengunjunginya.”

Oke. Aku resmi menyerah.

TIDAK ADA LAGI CINTA-CINTAAN!

[…] […] […]

Apa aku sudah bilang kalau Kwon Soonyoung bisa membuatku nyaman?

Iya, seperti yang sudah diduga, aku jatuh hati lagi pada cowok genit dan tengil itu. Aneh, ya. Kenapa harus dia? Kalau misalkan kami pacaran, apa yang harus kubanggakan darinya?

“Kamu ini jangan mudah menyukai cowok, nanti diremehkan!” Kira-kira begitulah teguran Yena siang ini ketika baru saja kuceritakan perihal perasaanku pada Soonyoung.

Yah, namanya hati, mana bisa diatur? Maaf kalau aku labil. Dan ini hatiku, hanya aku yang bisa memahaminya.

“Terserah kamu saja lah. Kalian berdua sama-sama kelihatan nyaman. Soonyoung mungkin juga tertarik padamu.”

Sontak saja kalimat Yena membuatku melambung—berharap. Berbagai skenario cinta dalam imajinasiku berdesakan keluar, membuatku pusing dan akhirnya aku hanya bisa tersenyum sendiri. Mungkinkah Soonyoung juga menyukaiku? Kok, ada yang aneh? Mengingat cowok yang kusukai tidak pernah membalas perasaanku.

Aku semakin gencar mendekati Soonyoung; dari yang awalnya sok cuek ketika ditanya kabar, sekarang malah girang bukan main jika Soonyoung sekadar menyuruh makan.

Tuhan, apakah Kak Soonyoung benar-benar menyukaiku balik?

 

[…] […] […]

LINE

21. 38

Soonyoung : Hyewon

Soonyoung : Kang Hyewon

Soonyoung : WOI

Hyewon : Apasih kak

Soonyoung : Minta LINE nya yena dong

Hyewon : Buat apa

Soonyoung : Hehehe

Hyewon : Gausah hehehe

Hyewon : Buat apaan

Soonyoung : Hehehe wkwkwk

Hyewon : Curiga nih jangan2 habis makan pil koplo

Soonyoung : Sembarangan

Soonyoung : Aku naksir yena 😂

[Read]

Soonyoung : Buset di read doang

Hyewon : YenaChoii

Soonyoung : Hehe makasii

Hyewon : Sama2 kak

[Read]

[…] […] […]

 

LINE

23. 44

 

Soonyoung : Kang Hyewon

Soonyoung : Maaf aku suka yena

Soonyoung : Maafin aku hyewon

Hyewon : Kenapa minta maaf? wkwkwk

Soonyoung : Aku sungkan

Soonyoung : Selama ini kan aku ngobrolnya sama kamu doang

Soonyoung : Trus masa aku mendadak bilang suka yena

Soonyoung : Maaf ya kalo aku egois 😭

Hyewon : Astaga kak WKWKWK

Hyewon : Iya aku tau kak soonyoung pasti malu mau deketin yena

Hyewon : Gausah minta maaf ih, kayak aku naksir kakak aja hehe

Soonyoung : Maaf ya, aku gak maksud nyakitin siapa2

Hyewon : Iya kak santai 🙂

Setelah itu aku membanting ponsel ke kasur dan menangis sejadi-jadinya.

[…] […] […]

Aku bahagia. Iya, semalam aku memang banjir air mata, tapi sekarang sudah kembali tersenyum. Aku berpikir; kalau hanya murung, pasti bebanku akan semakin berat, kan? Lagi pula, aku sudah sering ditolak urusan cinta. Terlalu sering, malah. Ternyata rasanya masih sama. Sakit. Tapi aku kuat. Aku bisa menanggungnya.

“Kamu kenapa?” tanya Yena.

O-ow, apakah gelagatku masih kentara? Padahal aku sudah berusaha senormal mungkin.

“Tidak apa-apa.” Aku tersenyum lebar. “Kemarin malam Kak Mingyu LINE aku, lho. Lusa dia mengajakku kencan.”

“Kak Mingyu siapa? Eh—jangan bilang Mingyu Kim? Anaknya Pak Jongin si pemilik mall ini? JANGAN BILANG KALAU MINGYU ITU YANG KAMU MAKSUD?”

Aku tertawa. “Serius, Yena. Kami kenal kemarin, saat kebetulan berpapasan di lift. Kami kenalan, berbincang, bercanda… ya, begitulah….”

Aku tidak bohong. Kim Mingyu, putra sulung keluarga Kim, LINE aku. Mengajak jalan-jalan. Saat kutanya, ternyata dia dapat LINE-ku dari Junhui (awas saja anak itu, akan kuberi pelajaran!). Karena aku tahu diri, aku menolak tawaran Mingyu—dengan konsekuensi menyesal seumur hidup. Aku pun bohong pada Yena supaya dia tidak merecokiku perkara Soonyoung—dia tidak perlu tahu. Toh, aku baik-baik saja.

Intinya, aku bahagia karena biar bagaimana pun, Tuhan mengijinkanku merasakan cinta dan patah hati. Tuhan itu baik. Dia tahu kalau aku kuat, makanya sering menjatuhkanku berkali-kali sekaligus melindungiku berulang kali. Dia tahu kalau aku berharga, makanya memberiku luka supaya paham bila masih ada cinta lain yang menungguku di luar sana. Lebih banyak. Lebih indah.

Karena itulah sampai sekarang aku tidak pernah takut jatuh cinta, pada siapa pun dan kapan pun, bahkan jika hal itu akan menyakitiku lagi.

Yaaah… mungkin minus di Jeon Wonwoo, sih, karena dia sudah jadi suami orang. Huft.

[Fin]


Happy new year gaes! Semoga 2019 bisa jadi tahun yg berkah buat kita semua (amin). Apa kabar? Ada yang masih inget aku? Ciaelah… dari dulu hobi banget bikin ff gaje, but ayo ramaikan wordpress lagi. Aku miss wordpress yg dulu 😦

 

4 respons untuk ‘[Oneshot] Drama

  1. Wow, aku jatuh cinta sama latarnya yang unik banget wkwkwkwk jarang2nya nih ngangkat kisah cinta pekerja2 di mall gitu hwhwhwhwhw like “oh iya bener juga pasti mereka punya kisah sendiri ya selama kerja di sana” gituuu

    dan membayangkan jeon wonwoo as cleaning service ganteng astagaaaaaaaa kenapa saya jadi baper?

    turut berduka untuk Hyewon hwhwhhwhw cinta sebelah pihak itu memang tidak mudah ya 😦 kayak eh kitanya udah seneng udah baper udah ngawang di awan2 tau2 dianya nggak ngerasa yg sama, malah dianya ngerasa gitunya sama orang lain hwhwhwhwhw tapi aku pribadi got a lesson sih dari kisahnya Hyewon ini, jangan takut untuk jatuh cinta, jangan takut untuk patah hati. secara nggak langsung pengalaman2 itu lah yg bakal bikin hidup kita lebih berharga.

    btw mereka ini kerja di mall mana sih aku jd penasaran masa kayak pengen iseng main ke mall-nya /bhaakks
    oke deh ji….as always nice fic! keep writing yhaaaa…

    ps: iya saya jg kangen wordpress banget2an :”(

    Suka

  2. Klo ngebayangin clining servis ganteng kyk wonu… aku jadi inget pernah temuin tukang becak ganteng plus kliatan muda yg suka ngetem di pasar dalam kehidupan nyata.. hahha persamaannya sama2 udah punya istri^-^ tp abang2nya centil! Haha😂😂😂😂
    Tapi aku jadi penasaran jodohnya si hyewon disini siapa…

    Keep writing! Nice fic!

    Suka

  3. oalah ganteng2 mbok dadekne cs ambek tukang sampah. WIS NIKAH PISAN WONU NE ((diri masih galau krn otp hancur pasca berita jenkai. yha otp jenwon aing .-.))
    setiap baca ffnya shifta tuh aku brs melawan standar diri sendiri. like ‘i only read hi quality darkfic’ tapi masih ngakak pas baca ini yg mana adlh hi quality humor fic. its supposed to be sad TAPI LHO SUNYOUNG NGEGAS LOETJOEE
    bayangin dia ngomong ke hyewon sambil teriak” itu hng ni anak bisa diem ga sih keturunan toa apa gmn
    junhui juga sih kkkk dasar bocah bgt sih mau jadi prt kah di rumahku (berasa crazy rich javanese sih klo mbayari mas jun buat jadi prt di rumah)
    yowislah mb hyewon gpp kok suka sama bbrp org. aku jaman dulu gitu, malah ke tujuh cowok sekaligus HAHAHA kamu masih mending tiga. lha aing itu bisa jadi boyband sendiri. menyukai seseorg dari jauh pada umur2 segitu sih dabes menurutku *ngenes ya *but idc duh krn jomblo itu bebassss
    keep writing!

    Suka

Tinggalkan komentar