[Ficlet] #2 Aku Ini Apa?

AKU INI APA?

A song-project fiction(s)

by @andditaa 

Hong Jisoo / Joshua [SVT] | Na Faeya [ayshry’s OC]

 Surrealism. Fluff!AU PG.

previous part: #1 S.O.S

based on the prompt:

“Should I take my heart out to copy and paste on you?”

Joshua, Pretty U

♦

Malam terus merangkak naik, sehingga wajarlah jikalau Joshua merasa khawatir akan kondisi diri si gadis.

Namanya Faeya. Masih duduk di bangku perkuliahan semester lima, sedang sibuk-sibuknya mengurusi proyek akademis ini dan itu.

Joshua tentu tak paham soal regulasi hidup Fae. Tapi yang jelas, sejak sebulan lalu, Fae jadi sering mengunjungi Joshua–menghabiskan waktu berjam-jam bersamanya. Membangunkan lelaki itu dari tidur, kemudian mereka duduk berhadapan sampai-sampai Joshua hapal benar tiap guratan wajah Faeya. Berapa jumlah gigi yang tampak ketika Fae tersenyum, bagaimana bentuk alisnya yang meliuk apik, juga—oh, Joshua bahkan pernah iseng menghitung durasi hidup jerawat Fae di pipi kiri.

Well, lupakan dulu tentang hal-hal konyol yang dilewati keduanya. Sebab yang krusial kini ialah Joshua harus memberitahu Fae bahwa gadis itu sangat amat butuh tidur. Demikian pula Joshua.

“Sebentar lagi tengah malam, Fae. Kau tidak lelah? Matamu bisa iritasi kalau melihatiku terus.”

Alih-alih mendapat respon, Joshua layaknya aktor drama tanpa lawan bicara. Ia biasa, sih, diperlakukan begitu. Fae—selama dua tahun Joshua tinggal di kamarnya—memang sekadar memandangi wajah Joshua.

Joshua bisa apa selain memberikan performa terbaik untuk Fae. Agar gadisnya itu bisa mengerjakan segala macam jenis tugas padanya; entah mengetik laporan, merangkum jurnal, ataupun mencari bahan presentasi kelas.

Fae sesekali menggenggam tangan Joshua. Bunyi tuts-tuts keyboard yang beradu dengan jemari Fae menjadi latar musik lelaki itu mencari akal supaya nasihatnya didengar.

“Fae,”

Kadang kala, Joshua lelah diperlakukan seperti pekerja rodi. Joshua sayang Fae, Fae mengaku sama. Namun Joshua mempertanyakan perasaan Fae tatkala Fae dengan tega hati meninggalkannya. Membiarkannya menyala sepanjang hari. Malah bisa berminggu-minggu tanpa sempat Joshua terlelap.

“Kau tidak lelah, Fae? Aku sudah lelah, jujur saja.”

Ada perubahan pada raut Fae. “Oh, jangan sekarang, Josh. Jangan.” Gugup menjalari Fae. Ia gerak-gerakkan tangan Joshua panik, berharap Joshua kembali tampil dengan optimal.

Joshua tidak dua-tiga kali mengalami hal seperti ini. Akibat ketidakacuhan Fae, Joshua bisa mendadak tertidur dan pekerjaan Fae belum sempat tersimpan sehingga lenyaplah sebagian.

“Haruskah aku me-copy hatiku dan me-paste-nya padamu, Fae, supaya kau mengerti?” Kelopak mata Joshua terbuka-tertutup dalam tempo lambat. Fae makin gelisah.

“Joshua, please, besok laporanku harus dikumpul. Ayolah, sampai malam ini saja.”

Sembari kantuk menguasai Joshua, entah mengapa, kebenciannya pada Fae berangsur tumbuh. Joshua sudah sering dijanjikan demikian, omong-omong. Dan tidak mampu melawan itu sungguh menyakitkan.

“Fae, aku ini apa, sih, di matamu?”

“Aduh, Josh, kenapa kau jadi garis-garis biru begini?”

“Aku saja, ya, yang terlalu percaya diri waktu kau namai diriku ‘Joshua’. Agaknya salah aku menyukaimu.”

“Ayolah, Josh!”

“Kau hanya datang padaku di saat butuh.”

“Krusormu kenapa pakai ngelet segala, sih, ah?”

“Meng-copy hatiku padamu pun aku tak mampu, meski aku sering melakukannya dalam diriku sendiri.”

“Joshua!”

“Selamat tinggal, Fae.”

.

.

.

“Ayaaah, semalam Joshua eror lagi, masa? Terus dia mati.”

“Sore nanti, bawa CPU-nya ke tukang servis komputer dekat kampusmu.”

“Siap, Yah.”

fin.

.

.

uhuk, personal experience: laptop sering tidak ter-shut-down sampai berhari2 dan wes layarnya pun mendadak suka nge-blank warna biru garis-garis. Semoga bisa jd pelajaran buat para pengguna PC yg lain.

projek fic kolab bersama mbaay, walaupun tidak fic kolab secara harfiah, sih. Wish this blog success ~ 🙂

Go check the previous part, guys.

Lots of love.

dita & mbaay ❤