[Ficlet] #7 Poetry

loveletter 7

Poetry

a song-project fiction(s)

by ayshry

[SVT’s] Kwon Soonyoung

AU!, Fluff/Ficlet/G

previous part(s): #1 S.O.S – #2 Aku Ini Apa? – #3 Vindicta – #4 Insane – 5# La Faute – #6 De Vriezer

with prompt:

“Gather all the pretty words for you”

Hoshi’s; Pretty U

***

Perkerjaannya hampir selesai. Sedikit lagi, rasanya ia hanya butuh beberapa sekon lagi untuk menyelesaikan semuanya sebelum dia kembali. Tinggal menuliskan beberapa kata yang sebelumnya sudah ia pikirkan baik-baik; hanya menggoreskan ujung pulpen pada lembaran kertas yang bertebaran di atas meja; maka seharusnya ia mampu menyelesaikannya lebih cepat dari perkiraannya.

“Kau … sedang apa?”

Soonyoung gelagapan. Suara yang menguar dari sebalik punggungnya berhasil membuat pemuda bermata segaris itu terlonjak lantas mengemasi kertas-kertas yang masih berserakan dengan tergesa-gesa.

“Soonyoung-a?”

Si pemuda melirik ke kiri-kanan tanpa mampu membalik badan. Sejatinya ia tahu siapa si pemilik suara tanpa melihat wajahnya, maka dari itu Soonyoung memilih untuk menyembunyikan wajahnya dan bermaksud kabur dari sana ketika—

“Rembulan memang indah, apalagi jika cahayanya berhasil menerangi langit kelam yang—“

“ASTAGA! APA YANG KAU BACA?!”

Soonyoung memekik histeris ketika rangkaian kalimat yang menguar terlalu familier di telinganya. Membalikkan badannya secepat kilat, ia dikejutkan dengan sebuah lembaran yang telah berada di tangan si gadis yang ia yakinin sebagai asal-muasal dari untaian kalimat yang baru saja terucap.

“Berikan kertas itu padaku!” Panik, Sooyoung rebut paksa kertas tersebut yang berhasil membuat si gadis mengerjapkan matanya beberapa kali; kebingungan.

Merasa sesuatu tak berjalan sesuai rencananya kini, Soonyoung yang panik bergegas pergi.

“Young-a, aku seperti mengenal kalimat barusan ….”

Sialan.

“Apa? Kenapa?” Berusaha bersikap biasa saja, namun nyatanya kentara sekali si pemuda seperti tengah menyembunyikan sesuatu.

Gadis tersebut mengikis jarak. Mengintip ke sebalik punggung milik pemuda bermarga Kwon itu dan menemukan lembaran kertas lainnya yang ia genggam; berantakan.

“Jadi selama ini … kau?”

“Apa!?”

“Puisi. Semua puisi yang kuterima adalah darimu?”

Oke, Soonyoung benar-benar sial hari ini.

“Kau yang selalu menyelipkan lembaran kertas penuh puisi itu di buku milikku, ‘kan, Young-a?”

“T-tidak!”

“Jangan berbohong! Aku … aku bahkan sudah begitu hapal dengan setiap pola kalimat yang tercipta.”

“Bukan seperti itu. Kau salah orang! Puisi apa? Aku bahkan tak tahu bagaimana caranya menulis—“

“Menjadi udaramu memang menyenangkan, bayangkan saja aku bisa terus bersamamu di manapun dan kapanpun itu; hei, kautahu bagaimana cemburunya aku dengan desiran angin yang memain-mainkan anak rambutmu itu?” Si gadis berhenti sejenak, menarik napas lantas kembali melanjutkan, “aku sangat menyukai bagian itu dan … aku hampir mengingat semua prasa indah yang kau tulis, omong-omong.”

“Tapi … a-aku, bukan aku yang—“

“Kautahu, sudah sejak lama aku menahan rasa penasaran akan si penulis kalimat-kalimat indah tersebut dan jika aku tahu bahwa kau pelakunya, maka sudah sejak lama aku akan menjadi penggemarmu.”

“Penggemarku?” Soonyoung berujar ragu, namun ada gemericik bahagia yang menyambanginya.

“Benar, ‘kan? Itu … kamu?”

Kwon Soonyoung bimbang. Apa dia harus mengaku? Atau melanjutkan sandiawaranya dan lekas enyah dari hadapan sang gadis? Oh tidak, pemuda sipit itu benar-benar bingung dan tak tahu harus memilih yang mana.

“Hei Kwon Soonyoung, Pak Lee mencarimu di ruang guru!”

Tepukan di pundak bersamaan dengan seruan yang menguar dari Boo Seungkwan—karibnya—bak penyelamatan darurat yang secara ajaib menghampirinya. Terima kasih kepada Pak Lee yang telah mengirimkan bocah gempal ini sehingga si pemuda berambut kecoklatan itu memiliki alasan yang kuat untuk segera berhambur dari hadapan si gadis pencuri hatinya.

“Oh, baiklah, aku akan segera ke sana.”

Mengabaikan pandangan penuh tanya si gadis, pun tatapan aneh Seungkwan yang tak biasanya melihat Soonyoung begitu semangat menemui guru killer itu, si pemuda berjalan dengan riang—meski sejatinya ia benar-benar tegang. Setidaknya, untuk saat ini ia bisa menghindar dan menjauh. Setidaknya ia memiliki kesempatan untuk memikirkan alasan lain yang bisa ia utarakan kepada si gadis lain waktu. Setidaknya … bagi seorang Kwon Soonyoung, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

Menjadi seorang pengagum yang senantiasa memberikan lembaran puisi kepada orang yang disukainya adalah sesuatu yang rasanya sudah lebih dari cukup untuk ia dapatkan saat ini. Soonyoung belum berani bertindak lebih jauh lagi, omong-omong. Biarkan saja puisi menjadi jembatan penghubung mereka berdua. Setidaknya hanya untuk saat ini saja, sampai Soonyoung benar-benar siap menyatakan semuanya; secara langsung.

-Fin.

Pretty U lanjoet lagi yosh! Efek webe parah di tambah tingkat kemageran di ambang batas wajar /plak/ jadi banyak keterlambatan yg terjadi huhu kadut ini wis tak lanjutin kadut, giliranmu lagi yaw bahaha

Wis ah, jangan lupa mampi di lapak yg lainnya ya gae ❤

-mbaay

3 respons untuk ‘[Ficlet] #7 Poetry

  1. Aiiiinggggg
    Soonyoung manis sekali bikinin anak perawan puisi romantis >.<
    Jadi pengen karungin bawa pulang
    Hahahahahaha

    Terbayang sempurna didunia imajinasiku gimana situasinya Soonyoung yang lagi gelagapan kayak anak kucing kepergok curi makanan
    Hahahahahaha

    Terimakasih untuk diksi dan ide ceritanya
    Ini simple dan ngena feelnya 😀

    Suka

Tinggalkan komentar